Pada Video

Pengaruh bitrate terhadap kualitas dan ukuran file

Kita ambil contoh format 720p dalam tabel bitrate Youtube di atas.

Dalam tabel di atas, kamu bisa lihat bahwa format 720p (1280 x 720 piksel), Youtube merekomendasikan bitrate 5 Mbps.

Apa akibatnya kalau nilainya kita set lebih rendah dari itu dan lebih tinggi dari itu?

Gambar di bawah adalah perbandingan 3 hasil export yang saya lakukan terhadap file DSLR 720p (25 fps) dengan 3 bitrate yang berbeda: 1 Mbps, 5 Mbps, dan 10 Mbps.

Bisa kamu lihat bahwa bitrate 1 Mbps untuk 720p kualitasnya sangat buruk. Sementara 5 Mbps dan 10 Mbps hampir tidak terlihat bedanya.

Maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa 5 Mbps adalah nilai yang cukup untuk mengeksport 720p dengan kualitas yang baik.

Lalu perhatikan ukuran file ketiganya (durasi yang saya pakai hanya 10 detik-an).

Semakin tinggi bitrate, semakin besar juga file-nya.

Pembahasan ini masih panjang. Tapi coba tonton dulu video di bawah. Saya menunjukkan contoh memperkecil file dengan memainkan bitrate. Nanti lanjutkan baca artikelnya.

Bitrate konstan vs bitrate berubah-ubah

Ada dua jenis setting-an bitrate:

Kata “constant” pada CBR artinya bahwa sepanjang video itu diputar, bitrate nya selalu konstan. Tidak peduli apakah gambar yang sedang tampil itu hitam seluruhnya atau menampilkan gambar yang kompleks (seperti keramaian orang), bitrate nya tidak berubah.

Sedangkan “variable” pada VBR artinya sepanjang video itu diputar, bitrate nya akan berubah-ubah tergantung kondisi gambarnya. Pada gambar sederhana, bitrate nya akan rendah, tapi pada gambar yang kompleks, bitrate nya akan tinggi.

Maka setting-an bitrate pada CBR dan VBR akan berbeda. Pada VBR kamu harus menentukan target bitrate dan maximum bitrate, karena nilainya akan bervariasi di antara dua nilai itu ketika videonya diputar.

Mana yang lebih baik: CBR atau VBR?

Untuk situasi yang umum, VBR lebih baik. Karena video itu akan menyesuaikan bitrate dengan kondisi gambarnya. Kualitasnya bisa dipertahankan sepanjang video dan filenya akan relatif lebih kecil dibanding CBR. Karena tidak perlu memboroskan bit ketika gambarnya sederhana (misalnya layar hitam saat fade in fade out).

Sedangkan kalau kamu menggunakan CBR.. gambar-gambar yang terlalu kompleks kualitasnya akan turun dibanding gambar yang sederhana, karena dia harus mempertahankan bitrate.

Jadi bisa dibilang: dalam CBR, bitrate itu semacam budget. Kamu harus cukup dengan ‘budget bit’ sekian.

CBR diperlukan pada situasi khusus di mana kelancaran penayangan paling utama.

Tayangan TV contohnya. Tayangan TV mengutamakan lancarnya tranmisi. Karena itu bitrate dibuat konstan, karena tidak mau mengambil resiko bitrate meninggi yang menyebabkan tayangan terganggu karena pemancarnya tidak kuat menerima sinyalnya.

Ditambah tayangan TV mempunyai batasan bandwidth (frekuensi) di mana gambar, suara, dan warna harus ditransmisikan ke udara dengan satu frekuensi itu.

Maka pada kamera-kamera profesional yang biasa di gunakan TV, biasanya format-format videonya berupa CBR.

Ada baiknya kamu memahami tayangan TV. Karena kamu bisa belajar banyak tentang format, bahwa dari mulai setting kamera sampai export videonya tidak bisa sembarangan. Coba kamu pelajari dari artikel-artikel berikut:

Jakarta (ANTARA/JACX) – Politikus Anies Baswedan beberapa waktu lalu meluncurkan video pernyataan dengan latar belakang lukisan Pangeran Diponegoro dan sebuah tongkat.

Ramai netizen yang meyakini tongkat tersebut sebagai tongkat peninggalan Pangeran Diponegoro. Sebuah unggahan video TikToK menarasikan seharusnya tongkat tersebut menjadi milik Presiden Jokowi, bukan Anies.

Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

“BUKAN PUNYA ANIES TAPI PUNYA JOKOWI

BUKANNYA DIKASIHKAN KE PRESIDEN JOKOWI MALAH DI BAWA PULANG UNTUK DIRINYA SENDIRI”

Namun, benarkah tongkat yang berada di video Anies Baswedan itu merupakan Tongkat Pangeran Diponegoro?

Dilansir dari laman Kemendikbud pada 2015, Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro disimpan selama 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda dan dikembalikan pada Pemerintah Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mewakil Pemerintah Indonesia menerima secara langsung Pusaka Pangeran Diponegoro dari Keluarga Baud. Penyerahan tersebut dilakukan pada acara pembukaan pameran lukisan “Aku Diponegoro” di Jakarta.

Foto Anies saat menerima tongkat tersebut juga terdapat dalam laman aniesbaswedan.com yang diberi judul “Menerima Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro dari Pemerintah Belanda 2015”. Dalam laman tersebut dinarasikan, Anies Baswedan, saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi orang Indonesia pertama yang menerima sekaligus memegang Tongkat Cakra Diponegoro.

Sementara, tongkat yang menjadi latar dalam video terbaru Anies Baswedan tersebut merupakan replika tombak Cakra Kotogede. Dalam video youtube Anies Baswedan yang berjudul “Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro”, dijelaskan replika tombak Cakra Kotogede tersebut didapat Anies saat berziarah ke makam raja-raja Mataram islam di Dusun Sayangan Jagalan Bangun Tapan, Bantul, DIY pada 13 Agustus 2023 lalu. Dengan demikian, tongkat yang menjadi latar belakang video pernyataan Anies tersebut bukanlah tongkat Pangeran Diponegoro. Cek fakta: Cek fakta, undangan terbuka pendaftaran Anies di Pilkada Jakarta 2024Cek fakta: Desk Pilkada sebut kabar PKB dukung Anies hanya hoaksBaca juga: Rano Karno puji Anies yang sudah ciptakan tempat nyaman di Jakarta

Pewarta: Tim JACXEditor: Indriani Copyright © ANTARA 2024

Kalau kamu menggunakan Adobe Premiere Pro dan melakukan export ke H.264, di paling bawah terdapat Bitrate Settings. Di software editing lain pun (dan juga pada software converter) biasanya terdapat setting-an ini.

Setting-an ini hampir tidak pernah tersentuh. Biasanya kita biarkan begitu saja.

Tapi, adakah pengaruhnya kalau kita ubah-ubah nilainya?

Ya, itu berpengaruh pada:

Memang yang paling aman adalah kita tidak usah menyentuhnya, alias biarkan aja sesuai preset-nya. Tapi, pada kasus-kasus tertentu kita bisa memainkannya. Misalnya, kita bisa menurunkan ukuran file agar bisa dikirim via email untuk preview klien.

Di artikel ini kita akan bahas apa itu bitrate, apa pengaruhnya, apa itu CBR, VBR 1-pass, dan VBR 2-pass.

Tapi tolong bedakan dulu antara bitrate dan frame rate. Kamu bisa membaca tentang frame rate di sini.

Mari kita mulai membicarakan apa itu bitrate.

Semua media yang berbasis data digital pada prinsipnya hanyalah kumpulan bit (unit terkecil dari semua data di dalam komputer). Kumpulan bit inilah yang menjadikan kita bisa melihat gambar, suara, teks, video…di PC, internet, smartphone, atau media digital lainnya.

Bit itu sendiri cuma punya dua nilai: 1 atau 0. Tapi dari 1 dan 0 ini, komputer bisa menyusunnya menjadi apa pun.. dan menampilkannya di layar.

Contoh sederhana.. ketika sebuah foto ditampilkan, pada dasarnya komputer hanya merekonstruksi susunan bit (yang sudah dibuat oleh kamera digital atau scanner) ke layar.

Memang kita melihatnya seolah-olah instan (tanpa jeda). Seakan-akan gambar itu sudah ada di sana. Tapi sebenarnya, PC membutuhkan waktu untuk merekonstruksinya. Hanya saja saking cepatnya, mata kita tidak mampu melihat prosesnya.

(Bukankah ketika kamu membuka halaman web dengan banyak gambar saat internet kamu lambat butuh waktu?)

Sekarang bayangkan…video itu kan pada dasarnya adalah kumpulan gambar diam atau foto (disebut frame) yang berganti-ganti setiap sepersekian detik (baca Apa Itu Frame Rate). Otomatis, sekumpulan bit akan terus diproses selama video itu diputar.

Jadi sederhananya bitrate adalah:

Banyaknya bit yang diproses setiap detik oleh sebuah file video ketika video itu diputar.

Biasanya satuannya kilobit per detik (Kbps) atau megabit per detik (Mbps).

Tabel di bawah adalah contoh bitrate yang direkomendasikan oleh Youtube.

Untuk melihat bitrate, kamu bisa memutarnya di player (VLC, MPC, QuickTime Player, dll) dan lihat properties-nya.

Perlukan mengatur bitrate secara manual?

Contoh yang saya lakukan di atas adalah mengatur bitrate secara manual di Premiere, dengan menggeser slider pada bitrate settings.

Apakah pengaturan bitrate manual ini diperlukan?

Tergantung situasinya. Tapi, kebanyakan tidak perlu.

Premiere sendiri (dan software-software editing pada umumnya) sudah menyediakan preset untuk berbagai keperluan: Youtube, Vimeo, Android, iPhone, dll yang nilai bitrate-nya sudah disesuaikan.

Coba kamu perhatikan kalau kamu mengganti-ganti presetnya.. Kamu akan lihat nilai bitrate-nya berbeda-beda.

Ini dikarenakan kemampuan setiap alat (device) berbeda-beda dalam memutar video. Ada yang mampu mengoperasikannya dalam bitrate tinggi, ada juga yang tidak.

Atas dasar itulah preset-preset itu dibuat.

Jadi.. untuk amannya, sebaiknya kamu tetap menggunakan preset.

(Saya lebih banyak menggunakan preset “Youtube 720p HD” untuk editing yang umum dari DSLR, karena preset ini yang paling aman untuk bisa diputar di device apa pun.. Sekalipun tidak untuk upload ke Youtube)

Tapi Kalau Kamu mau mengaturnya secara manual, ingat konsekuensinya:

Saya biasa mengubah bitrate hanya untuk menurunkan besarnya file hasil edit untuk dikirim ke klien, sebelum finalnya saya kirim. Karena itu akan menghemat kuota, dan.. menahan resolusi tingginya (sampai bayarannya cair :>).

VBR 1-Pass dan VBR 2-Pass

Ada dua jenis VBR: 1-Pass dan 2-Pass.

Perbedaan utamanya terletak pada proses encodingnya. Sederhananya, 1-pass hanya sekali jalan, sedangkan 2-pass dua kali jalan.

Maksudnya 2 kali jalan.. pertama, Premiere akan menganalisa seluruh frame untuk memutuskan berapa nilai bitrate yang cocok untuk setiap frame. Kedua, baru lah dia melakukan encoding (export).

Maka meng-export dengan 2-pass, waktunya akan lebih lama dari 1-pass.

Apakah 2-pass lebih menghasilkan kualitas yang lebih baik dari 1-pass masih debatable.

Beberapa menyebut 2-pass lebih baik.. karena sudah dianalisa terlebih dahulu. Sehingga setiap gambar akan diberi nilai bitrate yang pas tanpa harus memboroskan bit secara keseluruhan.

Mengetahui bitrate itu penting, karena itu berkaitan dengan kualitas video.

Walaupun pada akhirnya lebih aman menggunakan preset.. Setidaknya, kamu tahu mengapa sebuah preset menggunakan bitrate tertentu.

Terutama untuk streaming, menyesuaikan bitrate dengan kecepatan internet sangat krusial untuk menghindari ‘buffering’.

Kamu bisa membuka link ini untuk melihat rekomendasi Youtube sebagai panduan untuk file video yang akan kamu upload.

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.